
Musim hujan adalah saat dimana pengendara sepeda motor harus ekstra hati-hati, terutama saat melintasi jalan dengan permukaan licin akibat genangan air atau lumpur akibat banjir. Beberapa pengendara kemudian memiliki strategi untuk menurunkan tekanan udara di ban.
Tujuannya agar ban memiliki traksi yang lebih baik karena lebih banyak ban yang menghantam jalan. Agus Sani, yang bertanggung jawab untuk mempromosikan berkendara yang aman di Wahana, mengatakan metode ini tidak buruk, tetapi hanya boleh digunakan jika ban yang dipasang masih dalam kondisi baik. Dunia Otomotif

“Tekanan angin di ban harus dalam ukuran standar. Jadi kalau jalan licin atau hujan, kalau perkembangan kondisi ban masih bagus, tentu tidak ada alasan untuk mengurangi tekanan angin, tapi tentunya tidak perlu menurunkan tekanan angin,” kata Agus kepada Kompas.com beberapa waktu lalu, mengingat yang terpenting adalah menjaga tapak ban dalam kondisi baik sebelum digunakan. Otomotif Motor
Justru dengan tekanan udara yang lebih sedikit, mesin akan terkesan terbalik dan akan lebih sulit untuk bermanuver,” tambahnya. Tingkat keausan ban dapat dibaca dari tanda segitiga di tepi ban, yang disebut juga dengan ban. disebut indikator keausan (TWI).
“Kalau kita tarik ke tengah, ada kelebihan karet di tengah benang ban. Kalau karet sejajar atau sama dengan tapak ban, maka ban perlu diganti karena gripnya kurang maksimal”, ujarnya. Di kesempatan lain, Deputy Technical Service Director PT Daya Adicipta Motor (DAM) Ade Rohman menjelaskan. alur ban digunakan untuk menyalurkan air.
Sedangkan tekanan udara untuk memudahkan pengendalian kemudi. “Tekanan angin otomatis pada roda depan 28 psi hingga 30 psi, dan untuk roda belakang, tekanan angin sekitar 31 psi hingga 33 psi Untuk motornya, bagian depan direkomendasikan 29 psi sampai 30 psi dan belakang 31 psi sampai 33 psi. Tipe motorsport, tekanan roda depan 39 psi sampai 41 psi dan roda belakang 39 psi sampai 41 psi. Otomotif Mobil